Solo Traveling Ke Palu, Sulawesi Tengah (Part 1)

Kafe Tradisional Unik di Jalan Cumi Tepi Pantai Talise

Petama kali ketika pesawat mendarat ke Kota Palu ini langsung disuguhkan dengan kejutan yakni benturan keras yang membuat penumpang pesawat terkejut dan sebagian lagi menjerit sedangkan saya sedikit terkejut sedikit tertawa dan itu mendapatkan perhatian heran dari seorang bapak yang duduk di sebelah bangku saya. Setelah pramugari mempersilahkan para penumpang turun, saya langsung membuka aplikasi grab saya untuk memesan Go-Car untuk mengantarkan saya ke hotel http://howmed.net/cialis-generic/ yang saya telah pesan sebelumnya melalui aplikasi booking.com. Hotel yang saya pilih itu bernama Kampoeng Nelayan Hotel, berdiri di pantai Kampung Nelayan, yang kata para pelancong merupakan tempat yang populer di Palu karena banyak yang mandi di pantai pada pagi hari dan Hotel menyediakan banyak spot-spot yang bagus bagi tamunya. Oh, iya sebelumnya saya mau bercerita tentang bagaimana akhirnya saya gagal memesan Go-Car karena supirnya tidak berani masuk ke bandara Mutiara Al Jufri karena menurut cerita beliau akan dikeroyok oleh supir taksi yang mangkal di Bandara tersebut. Alhasil saya memesan taksi bandara yang harganya super mahal, tiket seharga 120 ribu rupiah untuk jarak yang hanya 20 menit dari bandara, tapi dalam pikiran saya saat itu tidak apa-apalah, waktu juga sudah sangat gelap.

Patung Kuda di Kota Palu

Selanjutnya ketika sampai di Hotel Kampoeng Nelayan saya langsung disuguhkan dengan aroma yang tidak sedap dari arah pantai, awal yang buruk yang akan berlanjut nantinya. Pada saat checkin, saya harus menelan pil pahit karena resepsionis hotel yang mengatakan tipe kamar yang saya pesan sudah penuh dan saya ditawarkan tipe kamar yang lebih kecil dengan harga yang sama. Awalnya saya agak keberatan dan juga kesal namun saya akhirnya mengalah karena hari sudah malam. “dimana lagi nanti saya tidur?” pikiran saya pada saat itu. Akhirnya saya memutuskan menginap di kamar yang kecil, dan penuh aroma yang tidak baik dari Kamar Mandi. Kesialan saya berlanjut, karena rupanya hotel tidak menyiapkan peralatan mandi seperti sikat gigi, odol, shampoo dan sabun. Akhirnya saya memutuskan tidak mandi malam itu dan langsung saja menuju ke perbaringan untuk tidur. Tidak sampai disitu, tidur saya diganggu dengan vampir-vampir kecil bernama nyamuk. Awalnya saya tidak percaya bagaimana hotel bintang 3 dan bertipe resort mewah tersebut dihinggapi banyak nyamuk di kamarnya? akhirnya saya tutupi seluruh tubuh saya dengan selimut seraya kepanasan karena AC nya tidak terlalu dingin. Akhirnya saya berhasil tidur pada jam 5 subuh dengan usaha yang keras tentunya. Pada subuh itu juga saya memutuskan akan pindah dari hotel tersebut besok hari setelah sarapan. Apesnya saya bangun di atas jam 12 yang berarti waktu sarapan sudah selesai dan saya harus check-out dengan segera jika tidak mau di-charge oleh pihak hotel. Saya hengkang dari hotel tersebut tanpa mandi terlebih dahulu, langsung pesan grab menuju hotel yang saya telah pesan yakni Hotel Total X-Inn yang berlokasi tepat di depan Pantai Talise dan Anjungan Nusantara, sebuah spot yang populer di Kota Palu.

Laut di Teluk Palu

Saat sampai Hotel Total X-Inn saya sebenarnya tidak terlalu kecewa, konsep hotel mereka bergaya modern dan muda, banyak pernak-pernik unik disekitar hotel. Namun sayangnya saya mendapatkan hotel yang tempat tidurnya dua buah, padahal saya minta yang single, saat itu saya berfikir “sial banget nasibku di Palu ini ya?” dalam pikiran saya bagaimana kalau saya pergi langsung keluar saja dari Palu ke kota lain yang bersahabat? Namun sekali lagi saya mencoba untuk berfikir jernih. Itulah manfaat kalau kita solo traveling karena kegiatan ini melatih kesabaran kita, membuat kita lebih mandiri dan dewasa dan cermat dalam menemukan solusi. Itu tidak akan saya dapat kalau saya jalan jalan dengan banyak teman.

Cerita singkatnya saya akhirnya memutuskan untuk menghabiskan sisa dua hari liburan saya di Palu dengan menginap di Hotel yang tidak mempunyai status bintang ini. Perjalanan pertama saya di Kota Palu adalah tempat keramaian tentunya, apalagi kalau bukan mall terbesar di Kota Palu, Palu Grandmall. Tujuan utamanya karena saya ingin makan siang walaupun sudah jam setengah 5 sore. Karena masih suasana libur lebaran tidak banyak warung makan yang buka sehingga tidak ada pilihan selain pergi ke mall untuk cari makan karena mall biasanya tetap buka meskipun suasana liburan. Pertama kali saya masuk dalam mall langsung disuguhi oleh restoran padang, “wah, patut dicoba nih!..” namun karena meja sudah penuh saya cari restoran yang lain, akhirnya saya makan di warung makan modern yang menyediakan makanan umum sehari-hari dengan lauk tempe, oreg, sayur bayam, dan telur dadar. Semuanya diharga 18 ribu rupiah. Lumayanlah untuk menghilangkan rasa lapar saya pada waktu itu. Karena masih lapar, setelah dari warung makan itu, saya pergi ke food court lantai atas bagian bakso solo dan melahap satu mangkok bakso khas Jawa tersebut. Ketika di Meja Bakso Solo saya melihat ke arah depan, dan takjub dengan pemandangan ke bawah dari Mall tersebut. Pantai Talise yang berada di Teluk Palu tersebut sangat indah di lihat dari atas Palu Grandmall. Saya memutuskan untuk keluar dari Mall dan mengitari sekitar Jalan Cumi yang berdiri banyak cafe-cafe tradisional yang berada di tepi pantai. Angin berhembus kencang sore itu menambah keindahan kota palu.

Masih belum puas menikmati Pantai di Palu, saya mengambil Grab-Bike menuju spot populer karena Pantainya yakni Anjungan Nusantara. Anjungan Nusantara adalah boulevard dimana banyak warga Palu menghabiskan waktu untuk nongkrong di kawasan tersebut. Kawasan ini mirip sekali dengan Boulevard Pantai Losari yang terdapat di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Namun, di Anjungan Nusantara anginnya sangat kencang sekali, anda perlu memakai sweater agar tidak masuk angin.

Saya di Anjungan Nusantara, Kota Palu

Bersambung,,,,

 

 

Comments

comments

Post a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *